Sabtu, 12 November 2016

Sejarah Lawang Ombo, Lasem


Lasem merupakan kota kolonial yang memiliki sejarah besar yang belum terekspose media. Keberadaannya seolah kalah dengan sejarah dari kota – kota lain. Padahal kalau kita mau sejenak mempelajari sejarah kota ini, kita akan tau bagaimana keunikan kota Lasem dengan kota kolonial lainnya. Lasem merupakan kota besar pada zaman kerajaan Majapahit serta zaman kolonialisme. Kabupaten Rembang bahkan kalah dengan keberadaan Lasem. Baru ketika Belanda masuk ke Rembang barulah Rembang mulai berkembang. Keberadaan Lasem sebagai kota yang strategis memiliki ketertarikan tersendiri bagi etnis Tionghoa serta orang – orang Belanda. 

Banyak peninggalan yang masih tersisa di Lasem dari zaman prasejarah, hindu buddha, dan koonialisme. Keberadaannya pun sebagian masih utuh dan terawat. Salah satu bangunan pada zaman kolonialisme yang tersisa adalah bangunan Lawang Ombo. Lawang ombo terletak di Jalan Dasun, Desa Soditan, Kecamatan Lasem. Lawang Ombo dibangun pada 1860an. Bangunan ini dipergunakan sebagai gudang candu yang dimiliki seorang Tionghoa yang didapatkan dari pesisir pantai Lasem dan diselundupkan melalui sungai Lasem. Karena Sungai Lasem sangat penting sebagai transportasi serta masuknya barang – barang dari luar, maka pada saat itu Belanda sebagai pihak yang menguasai Lasem, menjaga ketat sungai terseut. Untuk mengelabui penjaga Belanda, orang – orang pribumi suruhan menggunakan kapal kecil dan memasukkan candu ke dalam peti mati untuk kemudian di selundupkan di lubang di bibir sungai dekat dengan Lawang Ombo yang terintegrasi dengan lubang yang ada di Bangunan Lawang Ombo. Lawang ombo sangat penting pada waktu itu, karena dari sinilah candu di simpan untuk selanjutnya di sebarkan ke daerah selatan pulau jawa seperti magelang. 


Bangunan ini mempunyai perpaduan arsitektur, bangunan Lawang Ombo bercirikan bangunan Cina yang terlihat pada genteng Lawang Ombo yang berbentuk melengkung, sedangkan sakanya lebih mirip dengan saka bangunan – bangunan berarsitektur Eropa. Ciri lain dari ciri khas Tiongkok yang ada di bangunan Lawang Ombo adalah paviliun yang digunakan untuk menginap tamu. Selain itu, di dalam Lawang Ombo terdapat sebuah lubang dengan diameter 50cm yang terintegrasi dengan lubang yang berada di sungai Lasem yang berjarak 100m dari lubang ersebut. Posisinya yang strategis menjadikan Lawang Ombo menjadi bagian yang sangat penting, karena bisa di akses dari manapun baik Surabaya maupun Semarang. Lawang Ombo dibangun sekitar tahun 1860-an oleh Liem Kok Sing. Ia adalah seorang pedagang candu yang di dapatkannya langsung dari Tiongkok. Pemilik sekarang adalah Subagyo, seorang keturunan pengusaha Tionghoa. Hingga sekarang bangunan Lawang Ombo sangat terawat dan masih terjaga keasliannya.

wisata religi desa gedongmulya lasem

Wisata Religi

Makam Nyai Ageng Maloka

 Insert Foto: Makam Nyai Ageng Maloko

Nyai Ageng Maloka adalah Putri Sunan Ampel dan beliau adalah kakak dari Sunan Bonang.  Kedua kakak beradik inilah yang mempunyai peran besar dalam menyiarkan agama Islam di daerah Lasem.   Sampai sekarang makam Nyai Ageng Maloka yang terletak di Dk. Caruban Desa Gedong Mulyo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah masih ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah.

 Insert Foto: Pintu Gerbang Makam Nyai Ageng Maloka

Diceritakan bahwa Syekh Jumadil Qubro, dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak bersama sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah, Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan, dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudra Pasai.
Di Kerajaan Champa, Maulana Malik Ibrahim berhasil mengislamkan Raja Champa, nang akhirnya maubah Kerajaan Champa menjadi Kerajaan Islam. Akhirnya dia dijodohkan lawan putri Champa, dan lahirlah Raden Rahmat. Di kemudian hari Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa tanpa diikuti kaluarganya.
Sunan Ampel datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah lawan raja Majapahit nang bernama Prabu Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah lawan Nyai Ageng Manila, putri seurang adipati di Tuban nang bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 urang anak, yaitu: Putri Nyai Ageng MalokaMaulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Syarifah, nang merupakan isteri dari Sunan Kudus.
Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak.
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid AmpelSurabaya.

Senin, 25 April 2016

Asal Usule Desa Soditan

Asal Usule Desa Soditan Padukuhan Patihan



Asal Usule Desa Soditan Padukuhan Patihan

Ing Lasem wonten desa ingkang asma Soditan. Jaman biyen, ing daerah wau wonten satunggalipun warga ingkang asma Mbah Sodito. Piyambakipun sesepuh ing mriku. Mbah Sodito anduweni bebudhen luhur. Rikala jaman semana, warga ing daerah wau awatak angkuh lan bebudhen ala. Mbah Sodito gadhah niat kangge ngubah tumindak ala para warga. Piyambakipun mucal agama lan tata krama marang warga. Keranten kauletanipun Mbah Sodito mucal, bebudhenipun warga saya suwe saya apik. Nanging mboten suwe, sawise bebudhenipun warga berubah apik, Mbah Sodito kapundhut dening Allah. Bektinipun Mbah Sodito marang warga punika gedhe banget. Nuli, kangge ngurmati bektinipun Mbah Sodito, daerah wau diparingi asma Soditan. Soditan mula bukane saka tembung “Sodito”.
Jaman sadurunge Indonesia merdeka, kathat banget peperangan ing daerah Rembang. Satunggalipun ing desa Soditan ingkang cedhak kalihan dalan Deandels. Rakyat padha berjuang ngelawan wong-wong landa supaya Indonesia merdeka. Ing Soditan bagian lor ingkang cedhak banget kalihan dalan Deandels, kathat banget warga ingkang pejah ing mriku. Warga-warga wau tumraping pahlawan kangge negara. Piyambakipun pejah keranten mejuangke Indonesia merdeka, kayata patih-patih ingkang prakasa lan abdi luhur marang negara. Nuli, daerah mriku diparingi asma padukuhan Patihan. Mula bukane saka tembung “Patih” ingkang anduweni makna pejuang utawi pahlawan.

Sejarah Lawang Ombo, Lasem  Penulis  Rahmad Ardiansyah   Diterbitkan  5:31 PM PENINGGALAN MASA BELANDA Lasem merupakan ...